Selasa, 19 Juni 2012

PERLINTAN

A. Pengertian Perlindungan Tanaman
Perlindungan tanaman dapat diartikan sebagai segala usaha yang dilakukan manusia untuk melindungi tanaman dari hambatan atau gangguan yang berasal dari luar, yang dapat mengakibatkan tanaman tidak dapat menghasilkan produk sesuai dengan yang diharapkan dilihat dari sisi kuantitas, kuantitas dan kontinuitas. Gangguan dari luar tersebut dapar berupa gangguan atau serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) atau gangguan yang disebabkan dari faktor-faktor non-OPTseperti dampak fenomena iklim (kekeringan dan banjir), kebakaran lahan atau kebun dan penjarahan.
Menurut UU No.12 Thun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, dikatakan bahwa “Perlindungan tanaman adalah segala upaya untuk mencegah kerugian pada budidaya tanaman yang diakibatkan oleh oeganisme pengganggu tanaman”.
B. Peran Perlindungan Tanaman
Perlindungan tanaman mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas dari produk-produk pertanian. Selain itu, ada beberapa peran penting lainnnya diantaranya sebagai berikut :
  1. Mendorong peningkatan kuantitas dan mutu produk
Perlindungan tanaman akan mengatasi permasalahan OPT, seperti hama pengorok daun jeruk (Philloxnitis citrella), penggurulng daun pisang (Erionata trax) dan sebagainya dapat dikendalikan kerusakan dan kehilangan hasil akaibat dari seranagan hama tersebut. Sehingga dengan dikendalikannya hama-hama yang merusak tanaman itu maka kuantitas hasil pertanian akan meningkat. Selain itu, adanya gejala penyakit pada tanaman akibat serangan patogen sepeerti jamur, bakteri, dan virus, juga dapat mengurangi kualitas dari produk pertanian. Hal ini karena buah dan sayuran terkena serangan patogen sehingga menjadi busuk dan kualitasnya menurun akibatnya konsumen tidak mau membeli. Misalnya gejala penyakit cacar daun teh (Exobasidium vexan) akan mengurangi produktivitas daun teh dan mutu produk menurun, gejala hawar daun kentang (phytopthora infentans) dan sebagainya.
  1. Mempertahankan produktivitas pertanian pada taraf tinggi
Kegiatan perlindungan tanaman dengan mengendalikan OPT, secara umum akan mempertahankan produktifitas. Karena intensitas serangan hama dan penyakit dapat berkurang sehingga kuantitas produksi dapat ditingkatkan.
  1. Meningkatkan kontinuitas produk, antara lain menjamin keberhasilan penanaman
Dengan perlindungan tanaman maka keberhasilan penanaman komoditas pertanian dapat dijamin keberhasilannya. Hal ini karena hama dan penyakit yang menyerang biji dapat dikurangi dan dikendalikan sehingga biji akan berdomansi dan berkecambah akibatnya tanaman akan tumbuh dengan baik. Hama yang menyerang biji diantaranya Agromyza phaseoli yang menyerang biji kedelai di pertanaman.
  1. Mengurangi biaya produksi dan meningkatkan efisiensi produksi sehingga harga lebih dapat bersaing
Pengendalian terhadap serangan hama dan patogen pada komoditas pertanian dapat mengurangi biaya produksi dan meningkatkan efisiensi produksi. Dengan memperkirakan serangan OPT akan mengefektifkan penggunaan pestisida sehingga biaya produksi akan berkurang. Jika serangan OPT dapat dikendalikan maka fokus dan konsentrasi terhadap budidaya tanaman akan meningkat sehingga kuantitas produksi dan kualitasnya dapat diperkirakan.
  1. Mernigkatkan keamanan produk dan menurunkan kandungan residu cemaran berbahaya (pestisida dan logam berat) pada produk pangan sehingga tidak berbahaya bagi konsumen
  2. Meningkatkan kepercayaan pasar domestik dan global terhadap produk pertanian Indonesia
Jika produk pertanian kita tidak terserang oleh hama maupun penyakit atau dengan kata alin terbebas dan OPT maka produk kita akan dipercaya oleh luar negeri sehingga mereka akan mengimpor produk kita secara berkelanjutan.
  1. Mendorong peningkatan kualitas manajemen usaha, kemandirian dan volume usaha
Pembagian kerja atau manajemen kerja dapat dilakukan dengan dengan baik sehingga tercipta manajemen usaha yang berkualitas.
  1. Memberdayakan dan memandirikan petani sebagai pengelola usaha tani yang profesional dan berorientasi pasar serta selera konsumen
  2. Meningkatkan kemampuan kelompok tani menjadi unit pembelajaran, unit produksi dan unit pemasaran
  3. Meningkatkan kesadaran dan komitmen petani terhadap pelestarian lingkungan hidup lokal, nasional, dan global
  4. Meningkatkan kemampuan petani dalam mengembangkan dan menerapkan teknologi khas lokasi, memanfaatkan sumberdaya lokal, berwawasan lingkungan dan berdaya saing
C. Sejarah Perlindungan Tanaman
Perlindungan tanaman dunia sudah ada sebelum dibentuknya badan-badan yang mengatur masalah perlindungan tanaman. Perlindungan tanaman saat itu dilakukan petani secara individual, belum terkoordinasi dengan baik dan masih menggunakan cara-cara yang bersifat tradisional. Upaya perlindungan tanaman yang terkoorninasi baru mulai pada tahun 1881 terhadap serangan philloxera vitifolia pada tanaman anggur di California. Pada tahun 1929, dibentuk First International Plant Protection Convention atau Konvensi Perlindungan Tumbuhan Internasional Pertama di Roma. Konvensi pertama tersebut belum banya berpengaruh karena perlindungan tanaman di beberapa negara masih belum berkembang dan belum ada badan dunia sebagai pusat koordinasi.
Pada tahun 1945 didirikan FAO (Food and Agriculture Organization), suatu lembaga internasional yang mengurusi pangan dan pertanian di bawah pimpinan PBB yang berkantor pusat di Roma. FAO menjadi dasar kuat bagi perkembangan perlindungan tanaman secara global yang diperkuat dengan perumusan FAO International Protection Convention (IPPC) pada tahun 1951.
D. Masalah Perlindungan Tanaman
Masalah yang dihadapi oleh bidang perlindungan tanaman di Indonesia sangat rumit dan dinamis, tidak dapat dilepaskan dari berbagai masalah yang dihadapi oleh sostem yang lebih besar, yaitu sistem pembangunan pertanian dan pembangunan nasional pada umumnya. Berbagai faktor strategis yang mempengaruhi sistem perlindungan tanaman selalu berubah dan berkembang. Faktor-faktor tersebut dapat berada dalam sistem maupun di luaar sistem perlindungan tanaman. Permasalahan yang tidak dihadapai tidak dapat dibatasi oleh batas administrasi dan negara. Apa yang terjadi di dalam negeri tidak dapat dilepaskan dari perkembangan yang terjadi ditingkaat internasional. Masalah perlindungan tanaman tidak dapat dilihat dan diselesaikan hanya dari aspek ilmu dan teknologi, apalagi hanya dari ilmu-ilmu pendukung perlindungan tanaman, tetapi harus dilihat secara mengeluruh atau secara komprehensif. Cara penyelesaian masalah perlindungan tanaman harus dilakukan secara hilistik melibatkan semua pihak terkait (stakeholder), lintas sektor, dan harus terpadu. Pengalaman dari sejaran perlindungan tanaman di Indonesia menunjukkan betapa rumit dan dinamisnya permasalahan perlindungan tanaman yang kita hadapi.
Dalam melakukan analisis permasalahan terhadap perlindungan tanaman di Indonesia digunakan metode SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Treat). Secara internal akan dievaluasi berbagai kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) yang kita miliki dan hadapi selama ini. Secara eksternal akan dibahas berbagai peluang (opportunity) yang terbuka dan ancaman (treath) yang sedang dihadapi oleh bidang perlindungan tanaman. 


  • Patogen tumbuhan adalah organisme yang dapat menyebabkan tumbuhan "sakit dan menderita". Sakit dan menderita diartikan sebagai adanya perubahan fisiologis dan struktural dari suatu tumbuhan.
  • Pemberian penyakit pada tumbuhan dapat dilakukan dengan melihat tiga hal, yaitu :
    • Nama patogen
      • Penyakit layu bakteri (Penyakit yang menyebabkan tumbuhan layu dan disebabkan oleh sejens bakteri)
    • Nama gejala
      • Penyakit Busuk kaki hitam (Penyakt yang menyebabkan tumbuhan membusuk pada bagian di antara batang dan akar/kaki)
    • Nama bagian tumbuhan yang terkena gejala
      • Penyakit bercak daun (penyakit yang menimbulkan gejala berupa bercak-bercak pada daun)
  • Penyakit tumbuhan digolongkan menjadi dua golongan :
    • Penyakit Abiotik
    • Penyakit Biotik
PENYAKIT ABIOTIK
  • Penyakit abiotik adalah penyakit yang disebabkan oleh penyakit noninfeksi/ penyakit yang tidak dapat ditularkan dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain
  • Patogen penyakit abiotik meliputi:
    • Suhu tinggi
    • Suhu rendah
    • Kadar oksigen yang tak sesuai
    • Kelembaban udara yang tak sesuai
    • Keracunan mineral
    • Kekurangan mineral
    • Senyawa kimia alamiah beracun
    • Senyawa kimia pestisida
    • Polutan udara beracun
    • Hujan es dan angin
PENYAKIT BIOTIK
  • Penyakit biotikk adalah penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh penyakit infeksius bukan binatang dan dapat menular dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain
  • Patogen penyakit biotik meliputi :
    • Jamur
    • Bakteri
    • Virus
    • Nematoda
    • Tumbuhan tingkat tinggi parasitik
    • Mikoplasma                        
HAMA TANAMAN

1. MORFOLOGI UMUM HAMA

Untuk mengenal berbagai jenis binatang yang dapat berperan sebagai hama, maka sebagai langkah awal dalam kuliah dasar - dasar Perlintan akan dipelajari bentuk atau morfologi, khususnya morfologi luar (external morphology) binatang penyebab hama. Namun demikian, tidak semua sifat morfologi tersebut akan dipelajari dan yang dipelajari hanya terbatas pada morfologi “penciri” dari masing-masing golongan. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam melakukan identifikasi atau mengenali jenis - jenis hama yang dijumpai di lapangan.

Dunia binatang (Animal Kingdom) terbagi menjadi beberapa golongan besar yang masing-masing disebut Filum. Dari masing-masing filum tersebut dapat dibedakan lagi menjadi golongan - golongan yang lebih kecil yang disebut Klas. Dari Klas ini kemudian digolongkan lagi menjadi Ordo (Bangsa) kemudian Famili (suku), Genus (Marga) dan Spesies (jenis).


Beberapa filum yang anggotanya diketahui berpotensi sebagai hama tanaman adalah Aschelminthes (nematoda), Mollusca (siput), Chordata (binatang bertulang belakang), dan Arthropoda (serangga, tunggau, dan lain - lain). Dalam uraian berikut akan dibicarakan secara singkat tentang sifat-sifat morfologi luar anggota filum tersebut.

A. FILUM ASCHELMINTHES

Anggota filum Aschelminthes yang banyak dikenal berperan sebagai hama tanaman (bersifat parasit) adalah anggota klas Nematoda. Namun, tidak semua anggota klas Nematoda bertindak sebagai hama, sebab ada di antaranya yang berperan sebagai nematoda saprofag serta sebagai nematoda predator (pemangsa), yang disebut terakhir ini tidak akan dibicarakan dalam uraian - uraian selanjutnya.

Secara umum ciri - ciri anggota klas Nematoda tersebut antara lain adalah :

* Tubuh tidak bersegmen (tidak beruas)

* Bilateral simetris (setungkup) dan tidak memiliki alat gerak

* Tubuh terbungkus oleh kutikula dan bersifat transparan.

Untuk pembicaraan selanjutnya, anggota klas nematoda yang bersifat saprofag digolongkan ke dalam nematoda non parasit dan untuk kelompok nematoda yang berperan sebagai hama tanaman dimasukkan ke dalam golongan nematoda parasit.

Ditinjau dari susunannya, maka bentuk stylet dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe stomatostylet dan odonostylet. Tipe stomatostylet tersusun atas bagian - bagian conus (ujung), silindris (bagian tengah) dan knop stylet (bagian pangkal). Tipe stylet ini dijumpai pada nematoda parasit dari ordo Tylenchida.

Tipe odonostylet dijumpai pada nematoda parasit dari ordo Dorylaimida, yang styletnya tersusun atas conus dan silindris saja. Beberapa contoh dari nematoda parasit ini antara lain adalah :

* Meloidogyne sp. yang juga dikenal sebagai nematoda “puru akar” pada tanaman tomat, lombok, tembakau dan lain - lain.

* Hirrschmanieella oryzae (vBrdH) pada akar tanaman padi sawah.

* Pratylenchus coffae (Zimm) pada akar tanaman kopi.

B. FILUM MOLLUSCA

Dari filum Mollusca ini yang anggotanya berperan sebagai hama adalah dari klas Gastropoda yang salah satu jenisnya adalah Achatina fulica Bowd atau bekicot, Pomacea ensularis canaliculata (keong emas). Binatang tersebut memiliki tubuh yang lunak dan dilindungi oleh cangkok (shell) yang keras. Pada bagian anterior dijumpai dua pasang antene yang masing-masing ujungnya terdapat mata. Pada ujung anterior sebelah bawah terdapat alat mulut yang dilengkapi dengan gigi parut (radula). Lubang genetalia terdapat pada bagian samping sebelah kanan, sedang anus dan lubang pernafasan terdapat di bagian tepi mantel tubuh dekat dengan cangkok/shell.

Bekicot atau siput bersifat hermaprodit, sehingga setiap individu dapat menghasilkan sejumlah telur fertil. Bekicot aktif pada malam hari serta hidup baik pada kelembaban tinggi. Pada siang hari biasanya bersembunyi pada tempat-tempat terlindung atau pada dinding-dinding bangunan, pohon atau tempat lain yang tersembunyi.

C. FILUM CHORDATA

Anggota Filum Chordata yang umum dijumpai sebagai hama tanaman adalah dari klas Mammalia (Binatang menyusui). Namun, tidak semua binatang anggota klas Mammalia bertindak sebagai hama melainkan hanya beberapa jenis (spesies) saja yang benar - benar merupakan hama tanaman. Jenis - jenis tersebut antara lain bangsa kera (Primates), babi (Ungulata), beruang (Carnivora), musang (Carnivora) serta bangsa binatang pengerat (ordo rodentina). Anggota ordo Rodentina ini memiliki peranan penting sebagai perusak tanaman, sehingga secara khusus perlu dibicarakan tersendiri, yang meliputi keluarga bajing dan tikus.

1. Keluarga Bajing (fam. Sciuridae)

Ada dua jenis yang penting, yaitu Callossciurus notatus Bodd. dan C. nigrovittatus yang keduanya dikenal dengan nama “bajing”. Jenis pertama dijumpai pada daerah - daerah di Indonesia dengan ketinggian sampai 9000 m di atas permukaan laut. Sedang jenis C. nigrovittatus dapat dijumpai di Jawa, Kalimantan, dan Sumatera pada daerha dengan ketinggian sampai 1500 m.

Jenis bajing ini umumnya banyak menimbulkan kerusakan pada tanaman kelapa namun beberapa jenis tanaman buah kadang - kadang juga diserangnya. Gejala serangan hama bajing pada buah kelapa tampak terbentuknya lubang yang cukup lebar dan tidak teratur dekat dengan ujung buah, sedang jika yang menyerang tikus maka lubang yang terbentuk lebih kecil serta tampak lebih teratur / rapi.

2. Keluarga tikus (fam. Muridae)

Ada beberapa jenis yang diketahui banyak menimbulkan kerusakan antara lain, tikus rumah (Rattus - rattus diardi Jent); tikus pohon (Rattus - rattus tiomanicus Muller), serta tikus sawah (Rattus-rattus argentiver_Rob.&Kl).

Tikus rumah dikenal pula sebagai tikus hitam karena warna bulunya hitam keabu - abuan atau hitam kecoklatan. Panjang tubuh sampai ke kepala antara 11 - 20 cm dan panjang ekor biasanya lebih panjang daripada panjang tubuh + kepala. Jumlah puting susunya ada 10 buah.

Tikus pohon memiliki ukuran tubuh yang hampir sama dengan tikus rumah. Bulu tubuh bagian ventral putih bersih atau kadang - kadang agak keabu-abuan. Panjang ekor biasanya lebih panjang daripada panjang tubuh + kepala. Jumlah putting susunya ada 10 buah.

Tikus sawah memiliki ciri - ciri tubuh antara lain bulu - bulu tubuh bagian ventral berwarna keabu-abuan atau biru keperakan. Panjang ekor biasanya sama atau lebih pendek daripada panjang tubuh + kepala. Pada pertumbuhan penuh panjang tubuhnya antara 16 - 22 cm serta jumlah puting susu ada 12 buah.

D. FILUM ARTHOPODA

Merupakan filum terbesar di antara filum - filum yang lain karena lebih dari 75 % dari binatang-binatanag yang telah dikenal merupakan anggota dari filum ini. Karena itu, sebagian besar dari jenis-jenis hama tanaman juga termasuk dalam filum Arthropoda.

Anggota dari filum Arthropoda yang mempunyai peranan penting sebagai hama tanaman adalah klas Arachnida (tunggau) dan klas Insecta atau Hexapoda (serangga).

1. Klas Arachnida

Tanda - tanda morfologi yang khas dari anggota klas Arachnida ini adalah:

- Tubuh terbagi atas dua daerah (region), yaitu cephalothorax (gabungan caput dan thorax) dan abdomen.

- Tidak memiliki antene dan mata facet.

- Kaki empat pasang dan beruas - ruas.

Dalam klas Arachnida ini, yang anggotanya banyak berperan sebagai hama adalah dari ordo Acarina atau juga sering disebut mites (tunggau).

Morfologi dari mites ini antara lain, segmentasi tubuh tidak jelas dan dilengkapi dengan bulu - bulu (rambut) yang kaku dan cephhalothorax dijumpai adanya empat pasang kaki.

Alat mulut tipe penusuk dan pengisap yang memiliki bagian - bagian satu pasang chelicerae (masing - masing terdidi dari tiga segmen) dan satu pasang pedipaalpus. Chelicerae tersebut membentuk alat seperti jarum sebagai penusuk.

Beberapa jenis hama dari ordo Acarina antara lain adalah :

- Tetranychus cinnabarinus Doisd. atau hama tunggau merah / jingga pada daun ketela pohon.

- Brevipalpus obovatus Donn. (tunggau daun teh).

- Tenuipalpus orchidarum Parf. (tunggau merah pada anggrek).

2. Klas Insekta (Hexapoda / serangga)

Anggota beberapa ordo dari klas Insekta dikenal sebagai penyebab hama tanaman, namun ada beberapa yang bertindak sebagai musuh alami hama (parasitoid dan predator) serta sebagai serangga penyerbuk.

Secara umum morfologi anggota klas Insekta ini adalah:

- Tubuh terdiri atas ruas - ruas (segmen) dan terbagi dalam tiga daerah, yaitu caput, thorax dan abdomen.

- Kaki tiga pasang, pada thorax.

- Antene satu pasang.

- Biasanya bersayap dua pasang, namun ada yang hanya sepasang atau bahkan tidak bersayap sama sekali.

Memahami pengetahuan morfologi serangga tersebut sangatlah penting, karena anggota serangga pada tiap - tiap ordo biasanya memiliki sifat morfologi yang khas yang secara sederhana dapat digunakan untuk mengenali atau menentukan kelompok serangga tersebut. Sifat morfologi tersebut juga menyangkut morfologi serangga stadia muda, karena bentuk-bentuk serangga muda tersebut juga memiliki ciri yang khas yang juga dapat digunakan dalam identifikasi.
Bentuk-bentuk serta ciri serangga stadia muda tersebut secara khusus kakan dibicarakan pada uraian tentang Metamorfose serangga, sedang uraian singkat tentang morfologi “penciri” pada beberapa ordo penting klas Insekta akan diberikan pada uraian selanjutnya.

Berdasarkan sifat morfologinya, maka larva dan pupa serangga dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Tipe larva

a. Polipoda, tipe larva ini memiliki ciri antara lain tubuh berbentuk silindris, kepala berkembang baik serta dilengkapi dengan kaki abdominal dan kaki thorakal. Tipe larva ini dijumpai pada larva ngengat / kupu (Lepidoptera)

b. Oligopoda, tipe larva ini dapat dikelompokkan menjadi : Campodeiform dan Scarabaeiform,

c. Apodus (Apodous), tipe larva ini memiliki badan yang memanjang dan tidak memiliki kaki. Kepala ada yang berkembang baik ada yang tidak. Tipe larva ini dijumpai pada anggota ordo Diptera dan familia Curculionidae (Coleoptera).

2. Tipe pupa

Perbedaan bentuk pupa didasarkan pada kedudukan alat tambahan (appendages), seperti calon sayap, calon kaki, antene dan lainnya. Tipe pupa dikelompokkan menjadi tiga tipe :

a. Tipe obtecta, yakni pupa yang memiliki alat tambahan (calon) melekat pada tubuh pupa. Kadang-kadang pupa terbungkus cocon yang dibentuk dari liur dan bulu dari larva.

b. Tipe eksarat, yakni pupa yang memiliki alat tambahan bebas (tidak melekat pada tubuh pupa ) dan tidak terbungkus oleh cocon.

c. Tipe coartacta, yakni pupa yang mirip dengan tipe eksarat, tetapi eksuviar tidak mengelupas (membungkus tubuh pupa). Eksuviae mengeras dan membentuk rongga untuk membungkus tubuh pupa dan disebut puparium.

Tipe pupa obtecta dijumpai pada anggota ordo Lepidoptera, pupa eksarat pada ordo Hymenoptera dan Coleoptera, sedang pupa coartacta pada ordo Diptera.

A. Morfologi Beberapa Ordo Serangga yang Penting

a. Ordo Orthoptera (bangsa belalang)

Sebagian anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun ada beberapa di antaranya yang bertindak sebagai predator pada serangga lain.

Anggota dari ordo ini umumnya memilki sayap dua pasang. Sayap depan lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena - vena menebal / mengeras dan disebut tegmina. Sayap belakang membranus dan melebar dengan vena-vena yang teratur. Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan.

Alat - alat tambahan lain pada caput antara lain : dua buah (sepasang) mata facet, sepasang antene, serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang disebut tympanum. Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar terdapat pada tiap - tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen terakhir abdomen).

Ada mulutnya bertipe penggigit dan penguyah yang memiliki bagian-bagian labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla dengan masing - masing terdapat palpus maxillarisnya, dan labium dengan palpus labialisnya.

Metamorfose sederhana (paurometabola) dengan perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur ---> nimfa ---> dewasa (imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan ukuran sayap serta ukuran tubuhnya.

Beberapa jenis serangga anggota ordo Orthoptera ini adalah :

- Kecoa (Periplaneta sp.)

- Belalang sembah / mantis (Otomantis sp.)

- Belalang kayu (Valanga nigricornis Drum.)

b. Ordo Hemiptera (bangsa kepik) / kepinding

Ordo ini memiliki anggota yang sangat besar serta sebagian besar anggotanya bertindak sebagai pemakan tumbuhan (baik nimfa maupun imago). Namun beberapa di antaranya ada yang bersifat predator yang mingisap cairan tubuh serangga lain.

Umumnya memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal (basal) dan pada bagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra. Sayap belakang membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap depan. Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli.

Tipe alat mulut pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan pengisap berupa stylet. Pada ordo Hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas - ruas memanjang yang membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran, yakni saluran makanan dan saluran ludah.

Metamorfose bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia : telur ---> nimfa ---> dewasa. Bnetuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya.

Beberapa contoh serangga anggota ordo Hemiptera ini adalah :

- Walang sangit (Leptorixa oratorius Thumb.)

- Kepik hijau (Nezara viridula L)

- Bapak pucung (Dysdercus cingulatus F)

c. Ordo Homoptera (wereng, kutu dan sebagainya)

Anggota ordo Homoptera memiliki morfologi yang mirip dengan ordo Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya antara lain terletak pada morfologi sayap depan dan tempat pemunculan rostumnya.

Sayap depan anggota ordo Homoptera memiliki tekstur yang homogen, bisa keras semua atau membranus semua, sedang sayap belakang bersifat membranus.

Alat mulut juga bertipe pencucuk pengisap dan rostumnya muncul dari bagian posterior kepala. Alat-alat tambahan baik pada kepala maupun thorax umumnya sama dengan anggota Hemiptera.

Tipe metamorfose sederhana (paurometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur ---> nimfa ---> dewasa. Baik nimfa maupun dewasa umumnya dapat bertindak sebagai hama tanaman.

Serangga anggota ordo Homoptera ini meliputi kelompok wereng dan kutu-kutuan, seperti :

- Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal.)

- Kutu putih daun kelapa (Aleurodicus destructor Mask.)

- Kutu loncat lamtoro (Heteropsylla sp.).

d. Ordo Coleoptera (bangsa kumbang)

Anggota - anggotanya ada yang bertindak sebagai hama tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi serangga lain.

Sayap terdiri dari dua pasang. Sayap depan mengeras dan menebal serta tidak memiliki vena sayap dan disebut elytra.
Apabila istirahat, elytra seolah - olah terbagi menjadi dua (terbelah tepat di tengah-tengah bagian dorsal). Sayap belakang membranus dan jika sedang istirahat melipat di bawah sayap depan.

Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah, umumnya mandibula berkembang dengan baik. Pada beberapa jenis, khususnya dari suku Curculionidae alat mulutnya terbentuk pada moncong yang terbentuk di depan kepala.

Metamorfose bertipe sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur ---> larva ---> kepompong (pupa) ---> dewasa (imago). Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe oligopoda), namun ada beberapa yang tidak berkaki (apoda). Kepompong tidak memerlukan pakan dari luar (istirahat) dan bertipe bebas / libera.

Beberapa contoh anggotanya adalah :

- Kumbang badak (Oryctes rhinoceros L)

- Kumbang janur kelapa (Brontispa longissima Gestr)

- Kumbang buas (predator) Coccinella sp.

e. Ordo Lepidoptera (bangsa kupu/ngengat)

Dari ordo ini, hanya stadium larva (ulat) saja yang berpotensi sebagai hama, namun beberapa diantaranya ada yang predator. Serangga dewasa umumnya sebagai pemakan/pengisap madu atau nektar.

Sayap terdiri dari dua pasang, membranus dan tertutup oleh sisik - sisik yang berwarna - warni. Pada kepala dijumpai adanya alat mulut seranga bertipe pengisap, sedang larvanya memiliki tipe penggigit. Pada serangga dewasa, alat mulut berupa tabung yang disebut proboscis, palpus maxillaris dan mandibula biasanya mereduksi, tetapi palpus labialis berkembang sempurna.

Metamorfose bertipe sempurna (Holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur ---> larva ---> kepompong ---> dewasa. Larva bertipe polipoda, memiliki baik kaki thoracal maupun abdominal, sedang pupanya bertipe obtekta.

Beberapa jenisnya antara lain :

- Penggerek batang padi kuning (Tryporiza incertulas Wlk)

- Kupu gajah (Attacus atlas L)

- Ulat grayak pada tembakau (Spodoptera litura)
f. Ordo Diptera (bangsa lalat, nyamuk)

Serangga anggota ordo Diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter. Pada kepalanya juga dijumpai adanya antene dan mata facet.

Tipe alat mulut bervariasi, tergantung sub ordonya, tetapi umumnya memiliki tipe penjilat-pengisap, pengisap, atau pencucuk pengisap.

Pada tipe penjilat pengisap alat mulutnya terdiri dari tiga bagian yaitu :

- bagian pangkal yang berbentuk kerucut disebut rostum

- bagian tengah yang berbentuk silindris disebut haustellum

- bagian ujung yang berupa spon disebut labellum atau oral disc.

Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur ---> larva ---> kepompong ---> dewasa. Larva tidak berkaki (apoda_ biasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan daging, namun ada pula yang bertindak sebagai hama, parasitoid dan predator. Pupa bertipe coartacta.

Beberapa contoh anggotanya adalah :

- lalat buah (Dacus spp.)

- lalat predator pada Aphis (Asarcina aegrota F)

- lalat rumah (Musca domesticaLinn.)

- lalat parasitoid (Diatraeophaga striatalis).

g. Ordo Hymenoptera (bangsa tawon, tabuhan, semut)

Kebanyakan dari anggotanya bertindak sebagai predator / parasitoid pada serangga lain dan sebagian yang lain sebagai penyerbuk.

Sayap terdiri dari dua pasang dan membranus. Sayap depan umumnya lebih besar daripada sayap belakang. Pada kepala dijumpai adanya antene (sepasang), mata facet dan occelli.

Tipe alat mulut penggigit atau penggigit-pengisap yang dilengkapi flabellum sebagai alat pengisapnya.

Metamorfose sempurna (Holometabola) yang melalui stadia : telur-> larva--> kepompong ---> dewasa. Anggota famili Braconidae, Chalcididae, Ichnemonidae, Trichogrammatidae dikenal sebagai tabuhan parasit penting pada hama tanaman.

Beberapa contoh anggotanya antara lain adalah :

- Trichogramma sp. (parasit telur penggerek tebu / padi).

- Apanteles artonae Rohw. (tabuhan parasit ulat Artona).

- Tetratichus brontispae Ferr. (parasit kumbang Brontispa).

h. Ordo Odonata (bangsa capung / kinjeng)

Memiliki anggota yang cukup besar dan mudah dikenal. Sayap dua pasang dan bersifat membranus. Pada capung besar dijumpai vena - vena yang jelas dan pada kepala dijumpai adanya mata facet yang besar.

Metamorfose tidak sempurna (Hemimetabola), pada stadium larva dijumpai adanya alat tambahan berupa insang dan hidup di dalam air.

Anggota-anggotanya dikenal sebagai predator pada beberapa jenis serangga keecil yang termasuk hama, seperti beberapa jenis trips, wereng, kutu loncat serta ngengat penggerek batang padi.

RANGKUMAN

Mengenal sifat - sifat morfologi luar dari binatang penyebab hama merupakan hal yang penting untuk mempermudah mengenali jenis - jenis hama yang ada di lapangan. Ada beberapa filum dalam dunia binatang yang sebagian dari anggotanya berpotensi menjadi hama tanaman, yakni Filum Aschelminthes, Mollusca, Chordata dan Athropoda.

Dalam filum Aschelminthes, anggota klas nematoda banyak yang berperan sebagai hama tanaman, misalnya anggota dari ordo Tylenchida, “Giantsnail”, Achatina fulica merupakan salah satu anggota filum Mollusca yang diketahui sering merusak berbegai jenis tanaman, baik tahunan maupun tanaman semusim.

Anggota ordo Rodentia, yakni tikus dan bajing merupakan anggota filum Chordata yang menjadi hama penting pada beberapa jenis tanaman. Anggota filum Chordata lain yang juga berpotensi menjadi hama tanaman adalah kera (Primates) dan babi (Ungulata).

Arthropoda merupakan filum terbesar dalam jumlah anggotanya, sehingga sebagian besar jenis hama tanaman merupakan anggota filum ini. Namun demikian, anggota filum ini khususnya dalam klas Arachida sebagian besar bertindak sebagai musuh alami hama, sedang dari klas Insekta sebagian dari anggotanya menjadi hama penting pada berbagai jenis tanaman dan yang lain ada pula yang berperan sebagai musuh alami hama.

2. CARA MERUSAK DAN GEJALA KERUSAKAN

Pembicaraan mengenai cara merusak dan gejala merusak yang diakibatkan oleh serangan hama khususnya dari serangga tidak dapat lepas dari pembicaraan mengenai morfologi alat mulut serangga hama. Dengan tipe alat mulut tertentu, serangga hama dalam merusak tanaman akan mengakibatkan gejala kerusakan yang khas pada tanaman yang diserangnya. Karena itu, dengan mempelajari berbagai tipe gejala ataupun tanda serangan akan dapat membantu dalam mengenali jenis - jenis hama penyebab yang dijumpai di lapangan. Bahkan lebih jauh dari itu dapat pula digunakan untuk menduga cara hidup ataupun untuk menaksir populasi hama yang bersangkutan.

Berdasarkan pada cara merusak dan gejala kerusakan yang ditimbulkannya, maka hama-hama penyebab kerusakan pada tanaman dapat digolongkan menjadi beberapa tipe, yaitu hama penyebab gejala puru (gall), hama pemakan, hama penggerek, hama pengisap, hama penggulung, hama penyebab busuk buah, dan hama pengorok (miner)

RANGKUMAN

Jenis - jenis serangga dapat dikelompokkan berdasarkan tipe alat mulutnya. Dengan tipe alat mulut tertentu, perusakan tanaman oleh serangga akan meninggalkan gejala kerusakan yang khas pada tanaman. Oleh karena itu, dengan mempelajari berbagai tipe gejala serangan akan memepermudah untuk mengetahui jenis hama penyebab kerusakan yang dijumpai di lapangan. Gejala kerusakan dalam bentuk intensitas serangan hama dapat juga digunakan untuk menduga tingkat populasi hama di lapangan.

Berdasarkan cara merusak dan tipe gejala, ada tujuh tipe yaitu hama penyebab puru (gall), hama pemakan, hama penggerek, hama pengisap, hama penggulung, hama penyebab busuk buah dan hama penggorok (miner).

3. TAKTIK PENGENDALIAN

Pada dasarnya, pengendalian hama merupakan setiap usaha atau tindakan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mengusir, menghindari dan membunuh spesies hama agar populasinya tidak mencapai aras yang secara ekonomi merugikan. Pengendalian hama tidak dimaksudkan untuk meenghilangkan spesies hama sampai tuntas, melainkan hanya menekan populasinya sampai pada aras tertentu ynag secara ekonomi tidak merugikan. Oleh karena itu, taktik pengendalian apapun yang diterapkan dalam pengendalian hama haruslah tetap dapat dipertanggungjawabkan secara ekonomi dan secara ekologi.

Falsafah pengendalian hama yang harus digunakan adalah Pengelolaan / Pengendalian hama Terpadu (PHT) yang dalam implementasinya tidak hanya mengandalkan satu taktik pengendalian saja. Taktik pengendalian yang akan diuraikan berikut ini mengacu pada buku karangan Metcalf (1975) dan Matsumura (1980) yang terdiri dari :

1. Pengendalian secara mekanik
2. Pengendalian secara fisik
3. Pengendalian hayati
4. Pengendalian dengan varietas tahan
5. Pengendalian hama dengan cara bercocok tanam
6. Pengendalian hama dengan sanitasi dan eradikasi
7. Pengendalian kimiawi

A. PENGENDALIAN MEKANIK

Pengendalian mekanik mencakup usaha untuk menghilangkan secara langsung hama serangga yang menyerang tanaman. Pengendalian mekanis ini biasanya bersifat manual.

Mengambil hama yang sedang menyerang dengan tangan secara langsung atau dengan melibakan tenaga manusia telah banyak dilakukan oleh banyak negara pada permulaan abad ini. Cara pengendalian hama ini sampai sekarang masih banyak dilakukan di daerah - daerah yang upah tenaga kerjanya masih relatif murah.

Contoh pengendalian mekanis yang dilakukan di Australia adalah mengambil ulat-ulat atau siput secara langsung yang sedang menyerang tanaman kubis. Pengendalian mekanis juga telah lama dilakukan di Indonesia terutama terhadap ulat pucuk daun tembakau oleh Helicoverpa sp. Untuk mengendalikan hama ini para petani pada pagi hari turun ke sawah untuk mengambil dan mengumpulkan ulat - ulat yang berada di pucuk tembakau. Ulat yang telah terkumpul itu kemudian dibakar atau dimusnahkan. Rogesan sering dipraktekkan oleh petani tebu (di Jawa) untuk mencari ulat penggerek pucuk tebu (Scirpophaga nivella) dengan mengiris sedikit demi sedikit pucuk tebu yang menunjukkan tanda serangan. Lelesan dilakukan oleh petani kopi untuk menyortir buah kopi dari lapangan yang terserang oleh bubuk kopi (Hypotheneemus hampei)

B. PENGENDALIAN FISIK

Pengendalian ini dilakukan dengan cara mengatur faktor - faktor fisik yang dapat mempengaruhi perkembangan hama, sehingga memberi kondisi tertentu yang menyebabkan hama sukar untuk hidup.

Bahan - bahan simpanan sering diperlakukan denagn pemanasan (pengeringan) atau pendinginan. Cara ini dimaksudkan untuk membunuh atau menurunkan populasi hama sehingga dapat mencegah terjadinya peledakan hama. Bahan-bahan tersebut biasanya disimpan di tempat yang kedap udara sehingga serangga yang bearada di dalamnya dapat mati lemas oleh karena CO2 dan nitrogen.

Pengolahan tanah dan pengairan dapat pula dimasukkan dalam pengendalian fisik; karena cara - cara tersebut dapat menyebabkan kondisi tertentu yang tidak cocok bagi pertumbuhan serangga. Untuk mengendalikan nematoda dapat dilakukan dengan penggenangan karena tanah yang mengandung banyak air akan mendesak oksigen keluar dari partikel tanah. Dengan hilangnya kandungan O2 dalam tanah, nematoda tidak dapat hidup lebih lama.

C. PENGENDALIAN HAYATI

Pengendalian hayati adalah pengendalian hama dengan menggunakan jenis organisme hidup lain (predator, parasitoid, pathogen) yang mampu menyerang hama. Di suatu daerah hampir semua serangga dan tunggau mempunyai sejumlah musuh - musuh alami. Tersedianya banyak makanan dan tidak adanya agen - agen pengendali alami akan menyebabkan meningkatnya populasi hama. Populasi hama ini dapat pula meningkat akibat penggunaan bahan-bahan kimia yang tidak tepat sehingga dapat membunuh musuh-musuh alaminya. Sebagai contoh, meningkatnya populasi tunggau di Australia diakibatkan meningkatnya penggunaan DDT.

Dua jenis organisme yang digunakan untuk pengendalian hayati terhadap serangga dan tunggau adalah parasit dan predator. Parasit selalu berukuran lebih kecil dari organisme yang dikendalikan oleh (host), dan parasit ini selama atau sebagian waktu dalam siklus hidupnya berada di dalam atau menempel pada inang. Umumnya parsit merusak tubuh inang selama peerkembangannya. Beberapa jenis parasit dari anggota tabuhan (Hymenoptera), meletakkan telurnya didalam tubuh inang dan setelah dewasa serangga ini akan meninggalkan inang dan mencari inang baru untuk meletakkan telurnya.

Sebaliknya predator mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar sari serangga yang dikendalikan (prey), dan sifat predator secara aktif mencari mangsanya, kemudian memakan atau mengisap cairan tubuh mangsa sampai mati. Beberapa kumbang Coccinella merupakan predator aphis atau jenis serangga lain yang baik pada fase larva maupun dewasanya. Contoh lain serangga yang bersifat sebagai predator adalah Chilocorus, serangga ini sekarang telah dimanfaatkan sebagai agensia pengendali hayati terhadap hama kutu perisai (Aspidiotus destructor) pada tanaman kelapa.

Agar predator dan tanaman ini sukses sebagai agen pengendali biologis terhadap serangga, maka harus dapat beradaptasi dulu dengan lingkungan tempat hidup serangga hama. Predator dan parasit itu harus dapat beradaptasi dengan cepat pada lingkungan yang baru. Parasit dan predator juga harus bersifat spesifik terhadap hama dan mampu mencari dan membunuhnya.

Parasit harus mempunyai siklus hidup yang lebih pendek daripada inangnya dan mampu berkembang lebih cepat dari inangnya. Siklus hidup parasit waktunya harus sinkron dengan inangnya sehingga apabila saat populasi inang meningkat maka saat peningkatan populasi parasit tidak terlambat datangnya. Predator tidak perlu mempunyai siklus hidup yang sama dengan inangnya, karena pada umumnya predator ini mempunyai siklus hidup yang lebih lama daripada inangnya dan setiap individu predator mampu memangsa beberapa ekor hama.

Baik parasit maupun predator mempunyai ratio jantan dan betina yang besar, mempunyai keperidian dan kecepatan hidup yang tinggi serta memiliki kemampuan meenyebar yang cepat pada suatu daerah dan serangga - serangga itu secara efektif mampu mencari inang atau mangsanya.

Beberapa parasit fase dewasa memerlukan polen dan nektar, sehingga untuk pelepasan dan pengembangan parasit pada suatu daerah, yang perlu diperhatikan adalah daerah tersebut banyak tersedia polen dan nektar yang nanti dapat digunakan sebagai pakan tambahan.

Parasit yang didatangkan dari suatu daerah, mula - mula dipelihara dahulu di karantina selama beberapa saat agar serangga ini mampu beradaptasi dan berkembang. Selama pemeliharaan di dalam karantina, serangga-serangga ini dapat diberi pakan dengan pakan buatan atau mungkin dapat pula digunakan inangnya yang dilepaskan pada tempat pemeliharaan. Setelah dilepaskan di lapangan populasi parasit ini harus dapat dimonitor untuk mengetahui apakah parasit iru sudah mapan, menyebar dan dapat berfungsi sebagai agen pengendali biologis yang efektif; dan bila memungkinkan serangga ini mampu mengurangi populasi hama relatif lebih cepat dalam beberapa tahun.

Contoh pengendalian biologis yang pernah dilakukan di Australia adalah pengendalian Aphis dengan menggunakan tabuhan chalcid atau pengendalian kutu yang menyerang jeruk dengan menggunakan tabuhan Aphytes.

Selain menggunakan parasit dan predator, untuk menekan populasi serangga hama dapat pula memanfaatkan beberapa pathogen penyebab penyakit pada serangga. Seperti halnya dengan binatang lain, serangga bersifat rentan terhadap penyakit yang disebabkan oleh bakteri, cendawan, virus dan protozoa. Pada kondisi lingkungan yang cocok beberapa jenis penyakit akan menajdi wabah epidemis. Penyakit tersebut secara drastis mampu menekan populasi hama hanya dalam beberapa hari.

Beberapa jenis bakteri, misal Bacillus thuringiensis secara komersial diperdagangkan dalam bentuk spora, dan bakteri ini dipergunakan untuk menyemprot tanaman seperti halnya insektisida. Yang bersifat rentan terhadap bahan ini adalah fase ulat, dan bilamana ulat-ulat itu makan spora, maka akhirnya bakteri akan berkembang di dalam usus serangga hama, akhirnya bakteri itu menembus usus dan masuk ke dalam tubuhnya, sehingga akhirnya larva akan mati.

Jamur dapat pula digunakan untuk mengendalikan serangga hama, sebagai contoh Entomorpha digunakan untuk mengendalikan Aphis yang menyerang alfafa; spesies Beauveria untuk mengendalikan ulat dan Metarrhizium anisopliae sekarang sudah dikembangkan secara masal dengan medium jagung. Jamur ini digunakan untuk mengendalikan larva Orycetes rhinoceros yang imagonya merupakan penggerek pucuk kelapa.

Lebih dari 200 jenis virus mampu menyerang serangga. Jenis virus yang telah digunakan untuk mengendalikan hama adalah Baculovirus untuk menekan populasi Orycetes rhinoceros; Nuclear polyhidrosis virus yang telah digunakan untuk mengendalikan hama Heliothis zeae pada tongkol jagung, bahan tersebut telah banyak digunakan di AS, Eropa dan Australia. Virus tersebut masuk dan memperbanyak diri dalam sel inang sebelum menyebar ke seluruh tubuh. Inti dari sel - sel yang terserang menjadi besar, kemudian virus tersebut menuju ke rongga tubuh akhirnya inang akan mati.

Metode pengelolaan agen pengendali biologi terhadap serangga hama meliputi :

1. Introduksi, yakni upaya mendatangkan musuh alami dari luar (exotic) ke wilayah yang baru (ada barier ekologi).
2. Konservasi, yakni upaya pelestarian keberadaan musuh alami di suatu wilayah dengan antara lain melalui pengelolaan habitat.
3. Augmentasi, parasit dan predator lokal yang telah ada diperbanyak secara massal pada kondisi yang terkontrol di laboratorium sehingga jumlah agensia sangat banyak, sehingga dapat dilepas ke lapangan dalam bentuk pelepasan inundative.

D. PENGENDALIAN DENGAN VARIETAS TAHAN

Beberapa varietas tanaman tertentu kuran dapat diserang oleh serangga hama atau kerusakan yang diakibatkan oleh serangan hama relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan varietas lain. Varietas tahan tersebut mempunyai satu atau lebih sifat-sifat fisik atau fisiologis yang memungkinkan tanaman tersebut dapat melawan terhadap serangan hama.

Mekanisme ketahanan tersebut secara kasar dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu :

1. Toleransi

Tanaman yang memiliki kemampuan melawan serangan serangga dan mampu hidup terus serta tetap mampu berproduksi, dapat dikatakan sebagai tanaman yang toleran terhadap hama. Toleransi ini sering juga tergantung pada kemampuan tanaman untuk mengganti jaringan yang terserang, dan keadaan ini berhubungan dengan fase pertumbuhan dan kerapatan hama yang menyerang pada suatu saat.

2. Antibiosis

Tanaman - tanaman yang mengandung toksin (racun) biasanya memberi pengaruh yang kurang baik terhadap serangga. Tanaman yang demikian dikatakan bersifat antibiosis. Tanaman ini akan mempengaruhi banyaknya bagian tanaman yang dimakan hama, dapat menurutkan kemampuan berkembang biak dari hama dan memperbesar kematian serangga. Tanaman kapas yang mengandung senyawa gossypol dengan kadar tinggi mempunyai ketahanan yang lebih baik bila dibandingkan dengan yang mengandung kadar yang lebih rendah, karena bahan kimia ini bekerja sebagai antibiosis terhadap jenis serangga tertentu.

3. Non prefens

Jenis tanaman tertentu mempunyai sifat fisik dan khemis yang tidak disukai serangga. Sifat - sifat tersebut dapat berupa tekstur, warna, aroma atau rasa dan banyaknya rambut sehingga menyulitkan serangga untuk meletakkan telur, makan atau berlindung. Pada satu spesies tanaman dapat pula terjadi bahwa satu tanaman kurang dapat terserang serangga dibanding yang lain. Hal ini disebabkan adanya perbedaan sifat yang ada sehingga dapat lebih menarik lagi bagi serangga untuk memakan atau meletakkan telur. Contoh pengendalian hama yang telah memanfaatkan varietas tahan adalah pengendalian terhadap wereng coklat pada tanaman padi, pengendalian terhadap kutu loncat pada lamtoro, pengendalian terhadap Empoasca pada tanaman kapas.

E. PENGENDALIAN HAMA DENGAN PENGATURAN CARA BERCOCOK TANAM

Pada dasarnya pengendalian ini merupakan pengendalian yang bekerja secara alamiah, karena sebenarnya tidak dilakukan pembunuhan terhadap hama secara langsung. Pengendalian ini merupakan usaha untuk mengubah lingkunagn hama dari keadaan yang cocok menjadi sebaliknya. Dengan mengganti jenis tanaman pada setiap musim, berarti akan memutus tersedianya makanan bagi hama-hama tertentu.

Sebagai contoh dalam pengendalian hama wereng coklat (Nilaparvata lugens) diatur pola tanamnya, yakni setelah padi - padi, pada periode berikutnya supaya diganti dengan palawija. Cara ini dimaksudkan untuk menghentikan berkembangnya populasi wereng. Cara di atas dapat pula diterapkan pada hama lain, khususnya yang memiliki inang spesifik. Kebaikan dari pengendalian hama dengan mengatur pola tanam adalah dapat memperkecil kemungkinan terbentuknya hama biotipe baru. Cara - cara pengaturan pola tanam yang telah diterapkan pada pengendalian wereng coklat adalah :

a. Tanam serentak meliputi satu petak tersier (wikel) dengan selisih waktu maksimal dua minggu dan selisih waktu panen maksimal 4 minggu, atau dengan kata lain varietas yang ditanam relatif mempunyai umur sama. Dengan tanam serentak diharapkan tidak terjadi tumpang tindih generasi hama, sehingga lebih mudah memantau dan menjamin efektifitas pengendalian, karena penyemprotan dapat dilakukan serentak pada areal yang luas.

b. Pergiliran tanaman meliputi areal minimal satu WKPP dengan umur tanaman relatif sama.

c. Pergiliran varietas tahan. Untuk daerah-daerah yang berpengairan baik, para petani pada ummnya akan menanam padi - padi sepanjang tahun. Kalau pola demikian tidak dapat diubah maka teknik pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pergiliran varietas yang ditanam. Pada pengendalian ini diusahakan supaya digunakan varietas yang mempunyai tetua berbeda, dengan demikian dapat menghambat terbentuknya wereng biotipe baru.

F. PENGENDALIAN HAMA DENGAN SANITASI DAN ERADIKASI

Beberapa jenis hama mempunyai makanan, baik berupa tanaman yang diusahakan manusia maupun tanaman liar (misal rumput, semak - semak, gulam dan lain - lain). Pada pengendalian dengan cara sanitasi eradikasi dititikberatkan pada kebersihan lingkungan di sekitar pertanaman. Kebersihan lingkungan tidak hanya terbatas di sawah yang ada tanamannya, namun pada saat bero dianjurkan pula membersihkan semak-semak atau turiang-turiang yang ada. Pada musim kemarau sawah yang belum ditanami agar dilakukan pengolahan tanah terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk membunuh serangga-serangga yang hidup di dalam tanah, memberikan pengudaraan (aerasi), dan membunuh rerumputan yang mungkin merupakan inang pengganti suatu hama tertentu.

Contoh pengendalian dengan eradikasi terhadap serangan hama wereng coklat adalah :

a. Pada daerah serangan wereng coklat tetapi bukan merupakan daerah serangan virus, eradikasi dilakukan pada tanaman padi yang telah puso. Pada daerah serangan berat eradikasi hendaknya diikuti pemberoan selama 1 - 2 bulan atau mengganti dengan tanaman selain padi.

b. Pada daerah serangan hama wereng yang juga merupakan daerah serangan virus, eradikasi dilakukan sebagai berikut :

1). Eradikasi selektif dilakukan pada padi stadia vegetatif yang terserang virus dengan intensitas sama dengan atau kurang dari 25 % atau padi stadia generatif dengan intensitas serangan virus kurang dari 75 %.

2). Eradikasi total dilakukan terhadap pertanaman statdia vegetatif dengan intensitas serangan virus lebih besar dari 25 % atau pada padi stadia generatif dengan intensitas serangan virus lebih besar sama dengan 75 %.

Cara melakukan eradikasi adalah dengan membabat tanaman yang terserang hama, kemudian membakar atau membenamkan ke dalam tanah.

G. PENGENDALIAN KIMIA

Bahan kimia akan digunakan untuk mengendalikan hama bilamana pengendalian lain yang telah diuarikan lebih dahulu tidak mampu menurunkan populasi hama yang sedang menyerang tanaman.

Kelompok utama pestisida yang digunakan untuk mengendalikan serangga hama dengan tunggau adalah insektisida, akarisida dan fumigan, sedang jenis pestisida yang lain diberi nama masing-masing sesuai dengan hama sasarannya. Dengan demikian penggolongan pestisida berdasar jasad sasaran dibagi menjadi :

a. Insektisida : yaitu racun yang digunakan untuk memberantas jasad pengganggu yang berupa serangga. Contoh : Bassa 50 EC Kiltop 50 EC dan lain - lain.

b. Nematisida : yaitu racun yang digunakan untuk memberantas jasad pengganggu yang berupa cacing - cacing parasit yang biasa menyerang akar tanaman. Contoh : Furadan 3 G.

c. Rodentisida : yaitu racun yang digunakan untuk memberantas binatang - binatang mengerat, seperti misalnya tupai, tikus. Contoh : Klerat RM, Racumin, Caumatatralyl, Bromodoiline dan lain - lain.

d. Herbisida : adalah pestisida yang digunakan untuk mengendalikan gulam (tanaman pengganggu). Contoh : Ronstar ODS 5 / 5 Saturn D.

e. Fungisida : digunakan untuk memberantas jasad yang berupa cendawan (jamur). Contoh : Rabcide 50 WP, Kasumin 20 AB, Fujiwan 400 EC, Daconil 75 WP, Dalsene MX 2000.

f. Akarisida : yaitu racun yang digunakan untuk mengendalikan jasad pengganggu yang berupa tunggau. Contoh : Mitac 200 EC, Petracrex 300 EC.

g. Bakterisida : yaitu racun yang digunakan untuk mengendalikan penykit tanaman yang disebabkan oleh bakteri. Contoh : Ffenazin - 5 - oksida (Staplex 10 WP).

Insektisida dapat pula dibagi menurut jenis aktivitasnya. Kebanyakan insektisida bersifat racun bilamana bersentuhan langsung atau tertelan serangga. Namun ada pula jenis lain yang bersifat sebagai repelen (jenis ini digunakan untuk mencegah serangga yang akan menyerang tanaman), atraktan (bahan yang dapat menarik serangga, dengan demikian serangga yang terkumpul akan lebih mudah terbunuh), anti feedan (senyawa ini dapat menghindarkan dari serangan suatu serangga) dan khemosterilan (yang dapat menyebabkan kemandulan bagi serangga yang terkena).

Menurut sifat kecepatan meracun, pestisida digolongkan menjadi :

1. Racun kronis : yaitu racun yang bekerjanya sangat lambat sehingga untuk mematikan hama membutuhkan waktu yang sangat lama. Contoh : racun tikus Klerat RMB.

2. Racun akut : adalah racun yang bekerjanya sangat cepat sehingga kematian serangga dapat segera diketahui setelah racun tersebut mengenai tubuhnya. Contoh : Bassa 50 EC, Kiltop 50 EC, Baycarb 50 EC dan lain - lain.

Ditinjau dari cara bekerjanya, pestisida dibagi menjadi :
1. Racun perut

Racun ini terutama digunakan untuk mengendalikan serangga yang mempunyai tipe alat mulut pengunyah (ulat,belalang dan kumbang), namun bahan ini dapat pula digunakan terhadap hama yang menyerang tanaman dengan cara mengisap dan menjilat. Bahan insektisida ini disemprotkan pada bagian yang dimakan serangga sehingga racun tersebut akan tertelan masuk ke dalam usus, dan di sinilah terjadi peracunan dalam jumlah besar.

Ada 4 cara aplikasi racun perut terhadap serangga :

a. Insektisida diaplikasikan pada makanan alami serangga sehingga bahan tersebut termakan oleh serangga sasaran. Bahan makanan itu dapat berupa daun, bulu-bulu / rambut binatang. Dalam aplikasinya, bahan - bahan makanan serangga harus tertutup rata oleh racun pada dosis lethal sehingga hama yang makan dapat mati.

b. Insektisida dicampur dengan bahan atraktan dan umpan itu ditempatkan pada suatu lokasi yang mudah ditemukan serangga.

c. Insektisida ditaburkan sepanjang jalan yang bisa dilalui hama. Selagi hama itu lewat biasanya antene dan kaki akan bersentuhan dengan insektisida atau bahkan insektisida itu tertelan. Akibatnya hama mati.

d. Insektisida diformulasikan dalam bentuk sistemik, dan racun ini diserap oleh tanaman atau tubuh binatang piaraan kemudian tersebar ke seluruh bagian tanaman atau badan sehingga apabila serngga hama tersebut mengisap cairan tanaman atau cairan dari tubuh binatang (terutama hama yang mempunyai tipe mulut pengisap, misal Aphis) dan bila dosis yang diserap mencapai dosis lethal maka serangga akan mati.

2. Racun kontak

Insektisida ini masuk ke dalam tubuh serangga melalui permukaan tubuhnya khususnya bagian kutikula yang tipis, misal pada bagian daerah perhubungan antara segmen, lekukan-lekukan yang terbentuk dari lempengan tubuh, pada bagian pangkal rambut dan pada saluran pernafasan (spirakulum). Racun kontak itu dapat diaplikasikan langsung tertuju pada jasad sasaran atau pada permukaan tanaman atau pada tempat - tempat tertentu yang biasa dikunjungi serangga. Racun kontak mungkin diformulasikan sebagai cairan semprot atau sebagai serbuk. Racun kontak yang telah melekat pada serangga akan segera masuk ke dalam tubuh dan disinilah mulai terjadi peracunan.

Yang digolongkan sebagai insektisida kontak adalah :

a. Bahan kimia yang berasal dari kestrak tanamaan, seperti misalnya nikotin, rotenon, pirethrum.

b. Senyawa sintesis organik, misal BHC, DDT, Chlordan, Toxaphene, Phosphat organik.

c. Minyak dan sabun.

d. Senyawa anorganik seperti misalnya Sulfur dan Sulfur kapur.

3. Racun pernafasan

Bahan insektisida ini biasanya bersifat mudah menguap sehingga masuk ke dalam tubuh serangga dalam bentuk gas. Bagian tubuh yang dilalui adalah organ - organ pernafasan seperti misalnya spirakulum. Oleh karena bahan tersebut mudah menguap maka insektisida ini juga berbahaya bagi manusia dan binatang piaraan. Racun pernafasan bekerja dengan cara menghalangi terjadinya respirasi tingkat selulair dalam tubuh serangga dan bahan ini sering dapat menyebabkan tidak aktifnya enzim-enzim tertentu. Contoh racun nafas adalah : Hidrogen cyanida dan Carbon monoksida.

4. Racun Syaraf

Insektisida ini bekerja dengan cara menghalangi terjadinya transfer asetikholin estrase yang mempunyai peranan penting dalam penyampaian impul. Racun syaraf yang biasa digunakan sebagai insektisida adalah senyawa organo klorin, lindan, carbontetraclorida, ethylene diclorida : insektisida-insektisida botanis asli seperti misalnya pirethin, nikotin, senyawa organofosfat (parathion dan dimethoat) dan senyawa karbanat (methomil, aldicarb dan carbaryl).

5. Racun Protoplasmik

Racun ini bekerja terutama dengan cara merusak protein dalam sel serangga. Kerja racun ini sering terjadi di dalam usus tengah pada saluran pencernaan.Golongan insektisida yang termasuk jenis ini adalah fluorida, senyawa arsen, borat, asam mineral dan asam lemak, nitrofenol, nitrocresol, dan logam - logam berat (air raksa dan tembaga).

6. Racun penghambat khitin

Racun ini bekerja dengan cara menghambat terbentuknya khitin. Insektisida yang termasuk jenis ini biasanya bekerja secara spesifik, artinya senyawa ini mempunyai daya racun hanya terhadap jenis serangga tertentu. Contoh : Applaud 10 WP terhadap wereng coklat.

8. Racun sistemik

Insektisida ini bekerja bilamana telah terserap tanaman melalui akar, batang maupun daun, kemudian bahan-bahan aktifnya ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman sehingga bilamana serangga mengisap cairan atau memakan bagian tersebut akan teracun.

Pestisida adalah merupakan racun, baik bagi hama maupun tanaman yang disemprot. Mempunyai efek sebagai racun tanaman apabila jumlah yang disemprotkan tidak sesuai dengan aturan dan berlebihan (overdosis), karena keadaan ini dapat mengakibatkan terjadinya kebakarn tanaman. Untuk memperoleh hasil pengendalian yang memadai namun pertumbuhan tanaman tidak terganggu, pemakaian pestisida hendaknya memperhatikan kesesuaiannya, baik tepat jenis, tepat waktu maupun tepat ukuran (dosis dan konsentrasi). Dosis adalah banyaknya pestisida yang digunakan untuk mengendalikan hama secara memadai pada lahan seluas 1 ha. Konsentrasi adalah banyaknya pestisida yang dilarutkan dalam satu liter air.

Untuk menyesuaikan dengan kondisi setempat serta memperoleh efektifitas pengendalian yang tinggi maka oleh perusahaan pestisida, satu bahan aktif dibuat dalam bermacam-macam formulasi.

Tujuan dari formulasi ini adalah :

1. Mempermudah penyimpanan.

2. Mempermudah penggunaan.

3. Mengurangi daya racun yang berlebihan.

Pestisida terbuat dari campuran antara dua bahan, yaitu bahan aktif (bahan pestisida yang mempunyai daya racun) dan bahan pembawa / inert (bahan pencampur yang tidak mempunyai daya racun).

Macam-macam formulasi yang banyak dibuat oleh perusahaan pembuat pestisida adalah :

1. Formulasi dalam bentuk cairan

a. Cairan yang diemulsikan.

Biasanya ditandai dengan kode EC (Emulsifeable Concentrate) yaitu cairan yang diemulsikan. Pestisida ini dalam bentuk asli berwarna bening setelah dicampur air akan membentuk emulsi yang berwarna putih susu. Contoh : Dharmabas 50 EC, Bassa 50 EC dan lain - lain.

b. Cairan yang dapat dilarutkan.

Formulasi ini biasanya ditandai dengan kode WSC atau SCW yaitu kependekan dari Soluble Concentrated in Water. Pestisida ini bila dilarutkan dalam air tidak terjadi perubahan warna (tidak membentuk emulsi sehingga cairan tersebut tetap bening). Contoh : Azodrin 15 WSC.

2. Bentuk Padat

a. Berupa tepung yang dapat dilarutkan, dengan kode SP (Soluble Powder). Penggunaannya disemprotkan dengan sprayer. Contoh : Sevin 85 SP.

b. Berupa tepung yang dapat dibasahi dengan merek dagang WP (Weatable Powder). Pestisida ini disemprotkan dengan dicampur air. Karena sifatnya tidak larut sempurna, maka selama menyemprot seharusnya disertai dengan pengadukan secara terus-menerus.Contoh: Aplaud 10 WP.

c. Berupa butiran dengan kode G (Granulair). Aplikasi pestisida ini adalah dengan menaburkan atau membenamkan dekat. Contoh : Furadan 3 G, Dharmafur 3 G.

d. Campuran umpan (bait). Pestisida ini dicampur dengan bahan makanan yang disukai hama, kemudian diumpankan. Contoh : Klerat RMB.

Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi.
Batasan gulma bersifat teknis dan plastis. Teknis, karena berkait dengan proses produksi suatu tanaman pertanian. Keberadaan gulma menurunkan hasil karena mengganggu pertumbuhan tanaman produksi melalui kompetisi. Plastis, karena batasan ini tidak mengikat suatu spesies tumbuhan. Pada tingkat tertentu, tanaman berguna dapat menjadi gulma. Sebaliknya, tumbuhan yang biasanya dianggap gulma dapat pula dianggap tidak mengganggu. Contoh, kedelai yang tumbuh di sela-sela pertanaman monokultur jagung dapat dianggap sebagai gulma, namun pada sistem tumpang sari keduanya merupakan tanaman utama. Meskipun demikian, beberapa jenis tumbuhan dikenal sebagai gulma utama, seperti teki dan alang-alang.
Ilmu yang mempelajari gulma, perilakunya, dan pengendaliannya dikenal sebagai ilmu gulma.

Macam-macam gulma

Biasanya orang membedakan gulma ke dalam tiga kelompok:
  • teki-tekian
  • rumput-rumputan
  • gulma daun lebar.
Ketiga kelompok gulma memiliki karakteristik tersendiri yang memerlukan strategi khusus untuk mengendalikannya.

Gulma teki-tekian

Kelompok ini memiliki daya tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanik karena memiliki umbi batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan. Selain itu, gulma ini menjalankan jalur fotosintesis C4 yang menjadikannya sangat efisien dalam 'menguasai' areal pertanian secara cepat. Ciri-cirinya adalah penampang lintang batang berbentuk segitiga membulat, dan tidak berongga, memiliki daun yang berurutan sepanjang batang dalam tiga baris, tidak memiliki lidah daun, dan titik tumbuh tersembunyi. Kelompok ini gila sekali
mencakup semua anggota Cyperaceae (suku teki-tekian) yang menjadi gulma. Contoh: teki ladang (Cyperus rotundus), udelan (Cyperus kyllinga), dan Scirpus moritimus.

Gulma

Gulma adalah sebagai tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak dikehendaki tumbuh pada areal pertanaman. Gulma secara langsung maupun tidak langsung merugikan tanaman budidaya. Pengenalan suatu jenis gulma dapat dilakukan dengan melihat keadaan morfologinya, habitatnya, dan bentuk pertumbuhanya. Berdasarkan keadaan morfologinya, dikenal gulma rerumputan (grasses), teki-tekian (sedges), dan berdaun lebar (board leaf). Golongan gulma rurumputan kebanyakan berasal dari famili gramineae (poaceae). Ukuran gulma golongan rerumputan bervariasi, ada yang tegak, menjalar, hidup semusim, atau tahunan. Batangnya disebut culms, terbagi menjadi ruas dengan buku-buku yang terdapat antara ruas. Batang tumbuh bergantian pada dua buku pada setiap antara ruas daun terdiri dari dua bagian yaitu pelepah daun dan helaian daun., contoh gulama rerumputan Panicium repens, Eleusine indica, Axonopus compressus dan masih banyak lagi. Golongan teki-tekian kebanykan berasal dari famili Cyperaceae. Golongan ini dari penampakanya hampir mirip dengan golongan rerumputan, bedanya terletak pada bentuk batangnya. Batang dari golongan teki-tekian berbentuk segitiga. Selain itu golongan teki-tekian tidak memiliki umbi atau akar ramping di dalam tanah. Contoh golongan teki-tekian: Cyprus rotundus, Cyprus compresus. Golongan gulma berdaun lebar antara lain: Mikania spp, Ageratum conyzoides, Euparotum odorotum. Berdaarkan habita tunbuhanya, dikenal gulma darat, dan gulma air. Gulma darat merupakan gulma yang hidu didarat, dapat merupakan gulma yang hidup setahun, dua tahun, atau tahunan (tidak terbatas). Penyebaranya dapat melalui biji atau dengan cara vegetatif. Contoh gulma darat diantaranya Agerathum conyzoides, Digitaria spp, Imperata cylindrical, Amaranthus spinosus. Gulma air merupakan gulama yang hidupnya berada di air. Jenis gulma air dibedakan menjadi tiga, yaitu gulma air yang hidupnya terapung dipermukaan air (Eichhorina crassipes, Silvinia) spp, gulma air yang tenggelam di dalam air (Ceratophylium demersum), dan gulma air yang timbul ke permukaan tumbuh dari dasar (Nymphae sp, Sagitaria spp).

Gulma daun lebar

Berbagai macam gulma dari anggota Dicotyledoneae termasuk dalam kelompok ini. Gulma ini biasanya tumbuh pada akhir masa budidaya. Kompetisi terhadap tanaman utama berupa kompetisi cahaya. Daun dibentuk pada meristem pucuk dan sangat sensitif terhadap kemikalia. Terdapat stomata pada daun terutama pada permukaan bawah, lebih banyak dijumpai. Terdapat tunas-tunas pada nodusa, serta titik tumbuh terletak di cabang. Contoh gulma ini ceplukan (Physalis angulata L.), wedusan (Ageratum conyzoides L.), sembung rambut (Mikania michranta), dan putri malu (Mimosa pudica).
 

TEORI BIAYA

A. Biaya Produksi (Cost)
Biaya Produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan perusahaan untuk memproduksi barang/jasa. Pengertian tersebut mencakup biaya eksplisit dan implicit. Biaya eksplisit adalah biaya yang benar benar dikeluarkan untuk keperluan produksi. Sedangkan biaya implisit adalah biaya penggunaan sumber daya milik perusahaan.
Unsur-unsur Biaya Produksi
Unsur biaya produksi dibedakan atas 2 hal yaitu biaya produksi jangka pendek dan biaya produksi jangka panjang. Berikut akan dibahas macam-macam biaya produksi jangka pendek.
1. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Fixed Cost adalah biaya produksi yang besarnya tidak berubah / tidak dipengaruhi oleh volume produksi barang / jasa. Artinya berapapun jumlah produksi, biaya ini selalu tetap. Biaya tetap dibedakan atas dua:
Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost / TFC) adalah biaya dengan jumlah tetap yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksi sejumlah barang / jasa. Contohnya biaya penyusutan dan biaya sewa.
Biaya Tetap Rata-rata (Average Fixed Cost / AFC) adalah biaya tetap yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi satu satuan unit produksi (barang/jasa). Rumus menghitungnya adalah AFC = TFC / Quantity.
2. Biaya Variabel (Variable Cost / VC)
VC adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh produsen yang besarnya berubah ubah sesuai dengan perubahan jumlah produksi. Artinya apabila produksi bertambah maka biaya variable bertambah demikian sebaliknya bila produksi berkurang maka biaya variable berkurang. Contonya adalah pemakaian bahan baku.
3. Biaya Total (Total Cost / TC)
Biaya Total adalah jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi barang/jasa. Komponen biaya total terdiri dari biaya tetap dan biaya variable (Biaya total = biaya tetap + biaya variable).
4. Biaya Total Rata-rata (Average Total Cost / ATC)
Average Total Cost adalah biaya rata –rata yang harus dikeluarkan untuk memproduksi setiap satuan produksi. Rumus menghitung biaya rata-rata adalah total cost dibagi dengan jumlah produksi.
5. Biaya Marginal (Marginal Cost / MC)
Marginal Cost / MC adalah biaya yang harus dikeluarkan perusahaan apabila menambah satu satuan unit produk tertentu. Besarnya biaya marjinal terlihat menurun tetapi biaya marjinal akan sama dengan biaya rata-rata (MC=AC).
B. Penerimaan (Revenue)
Revenue adalah sejumlah uang yang diterima perusahaan atas penjualan barang/jasa hasil produksi. Jenis-jenis penerimaan dibedakan atas :
1. Penerimaan Total (Total Revenue / TR)
Total Revenue / TR adalah jumlah/kuantitas barang yang terjual, dikalikan dengan harga satuan. Semakin banyak yang terjual semakin besar penerimaan total (TR = P x Q).
2. Penerimaan Rata-rata (Average Revenue / AR)
Average Revenue / AR adalah pendapatan rata-rata yang diperoleh dari total penerimaan dibagi dengan jumlah barang yang dijual (AR = TR / Q).
3. Penerimaan Marjinal (Marginal Revenue / MR)
Marginal Revenue / MR adalah tambahan penerimaan karena adanya tambahan penjualan dari setiap satuan hasil produksi.
C. Laba Rugi
Laba Rugi dikelompokan atas 3 yaitu:
a. Laba Rata-rata (Average Profit)
Average Profit adalah laba yang diperoleh dari setiap satuan output yang dihasilkan atau dijual. Rumus : Average Profit = Average Revenue – Average Cost.
b. Laba Marginal (Marginal Profit)
Marginal Profit adalah tambahan laba yang diperoleh pada saat jumlah output yang dihasilkan atau dijual diperbesar. Rumus : Marginal Profit = Marginal Revenue – Marginal Cost.
c. Laba Total (Total Profit)
Total Profit adalah keseluruhan laba yang diterima karena penjualan sejumlah satuan output. Laba total diperoleh dengan cara:
1. Penerimaan total dikurangi biaya total (Total Profit = TR – TC)
2. Hasil kali jumlah output yang dijual dengan selisih antara penerimaan rata-rata dengan biaya rata-rata (Total Profit = x Q).

USAHATANI

Bachtiar Rivai(1980) usahatani merupakan organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi dilapangan pertanian, oleh seseorang atau sekelompok orang, segolongan sosial baik yang terikat genologis, politis, maupun teritorial sebagai pengelolanya.

Usahatani adalah terjemahan dari farm, sehingga dituliskan hanya dalam satu kata usahatani bukan dalam 2 kata usaha tani. A.T Mosher (1966) usahatani merupakan sebagian dari permukaan bumi, dimana seorang petani, sebuah keluarga tani atau badan usaha lainnya bercocok tanam atau memelihara ternak, usahatani pada dasarnya adalah sebidang tanah/lahan.
-Selain tanah didalamnya usahatani juga mencakup bangun-bangun yang dibuat di atasnya seperti sumur, saluran irigasi, dll.
-ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang manusia atau petani dapat mengusahakan dan mengorganisir faktor-faktor produksi yang berupa tanah dan alam sekitar , modal, dan manusia sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya.
- Usahatani sebagai science adalah ilmu yang mempelajari cara-cara petani untuk menentukan , mengorganisir, dan mengkoordinasi penggunaan faktor0faktor produksi seefktif dan seefesien mungkin, sehingga usaha tersebut dapat menghasilkan pendapatan yang semaksimal mungkin.
-sesuai dengan definisinya penghubung antara ilmu -ilmu teknis pertanian(agronomi, ilmi tanah, ilmu hama dll.) dengan ilmu-ilmu ekonomi(faktor produksi, biaya penerimaan, pendapatan dll)

P0tret Usahatani Di Ind0nesia
Menurut Fadholi Hernanto(1989) potret usahatani indonesia
-adanya lahan, tanah usahatani, yang diantaranya tumbuh tanaman .
-ada bangunan
-ada alat-alat pertanian
ada pencurahan kerja untuk mengolah
-ada kegiatan petani yang merencanakan

Pengertian Pertanian
*Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan petani untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa dipahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam(crop cultivation) serta pembesaran hewan ternak(raising) meskipun enzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju.
*jika potret usahatani yang satu dibandingkan dengan yang lain dapat dilihat adanya perbedaan luas lahan, jenis tanaman dan hasilnya.
*Lahan memiliki perbedaan kemampuan kesuburan sehingga potret usahatani yang ada diatasnya bervariasi demikian pula petaninya.

PETANI
-Peasent=lahan sempit, hasil pertanian dikonsumsi sendiri di indonesia biasa disebut petani gurem.
-Farmers=hasil usahatani sebagian besar untuk dijual, sudah akrab dengan tekhnologi yang lebih maju.
Batasan mengenai petani kecil (seminar tahun 1979 di Jakarta)
petani yang pendapatannya rendah:
1.kurang dari setara 240 kg beras perkapita /tahun
2.petani yang mempunyai lahan sempit
3.<0,25 ha lahan sawah untuk daerah jawa dan <0,50 ha untuk luar jawa, jika mempunyai lahan tegal lebih luas lagi
4.petani yang kekurangan modal dan memiliki tabungan terbatas.

Perbedaan pokok usahatani keluarga dengan perusahaan pertanian:
-Tujuan akhir
-Bentuk hukum
-Luar usaha
-Jumlah modal
-Jumlah tenaga kerja yang dicurahkan
-Unsur usahatani
-Sifat usaha
-Pemanfaatan hasil usaha pertanian

Pembangunan agribisnis mencakup 4 hal :
-subsektor agribisnis hulu_up stream agribisnis_kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produuksi, agribisnis hulu terbagi dua yaitu industri agrohimir (pupuk, pestisida, dll) dan industri agrootomotif (industri mesin pertanian, peralatan pertanian dll).
-subsektor agribisnis primer (on farm agribisnis) pertanian dalam arti luas, pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dll).
-subsektor agribisnis hilir (down stream agribisnis) mengolah komoditas pertanian menjadi produk olahan, produk antara, produk akhir
-Subsektor jasa penunjang (supporting intitution) kegiatan yang menghasilkan dan menyediakan jasa penunjang

Klasifikasi usahatani
*pola usahatani
*tipe usahatani
*struktur usahatani
*corak usahatani
*Bentuk usahatani

Berdasarkan macam lahannya ada 2 pola pokok yaitu  pola usaha lahan kering dan pola lahan basah :
-berdasarkan sifat pengairan terbagi menjadi pola pengairan tekhnis, setengah tekhnis, pengairan sederhana, tadah hujan, pasang surut dan lebak.
-pada usaha ternak terdapat 2 pola yaitu pola kandang dan pola lepas
-pada usahatani ikan terdapat 4 pola yaitu pola air tawar biasa, pola air tawar deras, pola mina padi, dan pola air asin.
-pada usahatani ikan sumber alam utamannya yang digunakan adalah air dan tanah sehingga perbedaan air dan tanah yang digunakan menjadi penentu penetapan pola usahatani.

TIPE
menunjukkan klasifikasi tanaman yang berdasarkan pada macam-macam cara penyusunan tanaman yang diusahakan :
-ada tipe usahatani yang umumnya dikenal yaitu usahatani padi, palawija, campuran, multiple cropping, khusus dan tidak khusus.
-pada usahatani ikan kita mengenal tipe usahatani ikan mas, gurami, lele dll.

STRUKTUR
struktur usahatani menunjukkan bagaimana suatu komoditi diusahakan
mengusahakan dapat secara khusus, tidak khusus dan campuran.
-khusus jika petani mengelola usahatani selalu mengusahakan 1 macam komoditi saja sebagai pilihan utama.
-tidak khusus jika komoditi yang di usahakan selalu berganti-ganti
-campuran manakala yang diusahakan adalah komoditi lebih dari 1 jenis.

pilihan cabang usaha yang ditentukan oleh faktor lahan.

CORAK
corak usahatani dimaksudkan sebagai tingkatan dari hasil pengelolaan usahatani yang ditentukan oleh berbagai ukuran,kriteria untuk menentukan tingkat komerialisasi suatu usahatani.
ada 10 kriteria yang umumnya digunakan yaitu:
-nilai umum, sikap dan motivasi
-tujuan berproduksi
-tingkat teknologi
-derajat komerialisasi
-proporsi  dari penggunaan faktor produksi dan tingkat keuntungan
-pemberdayaan lembaga pelayanan pertanian setempat
-ketersediaan sumber yang digunakan dalam usahatani
-tingkat dan keadaan sumbangan pertanian dalam keseluruhan

statis adalah tingkat terendah dari usahatani karena bersifat subsistem . Transisi berada pada tingkat yang lebih tinggi  dari statis karena sudah bersifat komersial. Indonesia berada pada tingkat transisi.

Ada 4 kelompok penentu keputusan
-petani yang rasional dan berorientasi pada masalah
-petani yang rasional dan berorientasi pada kebutuhan
-petani yang tidak rasional dan berorientasi pada masalah
-petani yang tidak rasional dan berorientasi pada kebutuhan

BENTUK
Bentuk usahatani dibedakan berdasarkan penguasaan faktor-faktor produksi oleh petani.
-pada usahatani perorangan dimana faktor produksi dimiliki dan diusahakan sendiri.
-usahatani kolektif berarti beberapa faktor produksi dimiliki secara bersama-sama.
usahatani kooperatif adalah usahatani yang tiap prosesnya dikerjakan secara individu dan hanya beberapa saja yang dikerjakan berkelompok, contohnya kegiatan PIR.

Faktor produksi alam
-iklim topografi dan ketinggian tempat *masing-masing komoditi berbeda syarat tumbuh*tanaman metropolitan bisa dimana saja.
-kesuburan *subur secara fisik maupun khemis, kesuburan khemis dapat diperbaiki, kesuburan fisik lebih menguntungkan.
-lokasi*jarak tempat usahatani dengan pusat penjualan*pembangunan jalan.
Faktor-faktor produksi dalam usaha pertanian
-tanah karena tempat faktor produksi yang penting, bersifat istimewa. peranan tanah:hubungan tanah dengan manusia,tingkat kesuburan, lokasi, itensifikasi, luasan, letak tanah.
-manusia,peran petani, tenaga kerja, prestasi tenaga kerja luar dan prestasi tenaga kerja keluarga, intensitas tenaga kerja, distribusi tenaga kerja, efisiensi tenaga kerja.
rumus: E produksi/ha       =kg/ha
          E tenaga kerja/ha

          Eproduksi X harga  = Rp/HKO
          Etenaga kerja

          Eluas usahatani =HKO/hari/ha
          Etenaga kerja/hari
-modal peralatan merupakan barang ekonomi untuk memproduksi kembali serta untuk mempertahankan pendapatan. modal bersifat subtitusi.kegunaan aktif contoh pupuk,pasif contohnya gedung. waktu. fungsi modal tetap dan variabel.
konsekuensi modal tetap yaitu biaya bunga, biaya penyusutan, biaya asuransi, biaya pemeliharaan dan biaya komplementer.

Macam-macam usahatani
Usaha pertanian(enterprice), usahatani keluarga, model PIR

Permasalahan dalam manajemen pertanian
_penentuan komoditas dipengaruhi oleh keadaan fisik, tekhnis, ekonomis, sosial,
_cara mengusahakannya yaitu dengan subsistem/transisi dan komersial/orientasi pasar.
cara memasarkan yaitu dengan ijon, tebaran, panen jual, panen simpan jual, panen simpan olah jual.
_kepastian inpit relatif stabil dan output fluktuatif/tidak stabil

Biaya dalam usaha pertanian
-biaya investasi
-biaya produksi
-opportunity cost

Faktor produksi tetap dan faktor produksi variabel
-Faktor produksi tetap yaitu faktor produksi yang tidak habis dalam sekali pakai tapi ada nilai penyusutan
-faktor produksi variabel yaitu faktor produksi yang dipengaruhi oleh hasil yang diperoleh.
-biaya penyusutan adalah biaya yang diberikan untuk nilai penyusutan yang dikorbankanselama proses produksi yang berlangsung

Pertimbangan dalam perencanaan usahatani
-pertimbangan ekonomis seperti pasar hasil, pasar faktor produksi, infrastruktur, dan nilai tambah
-pertimbangan tekhnis budidaya dan iklim
-pertimbangan sosial budaya masyarakat
-pertimbangan potensi dan daya dukung lahan berbagai macam jenis tanaman


Anggaran Usahatani
Suratiyah(2006) peryataan mengenai sifat-sifat tekhnis dan ekonomis suatu kegiatan yang disajikan dalam suatu bentuk sehingga memungkinkan untuk dilaksanakan. Soekartawi(1986) Suatu daftar informasi mengenai tekhnologi produksi tertentu.

Penyusunan Anggaran usahatani
*berapa besarnya input atau biaya , besarnya output atau pendapatan.
*perkiraan dalam bentuk fisik maupun dalam nilai uang
*anggaran digunakan untuk mengevaluasi rencana sementara. rencana merupakan dasar menyusun anggaran.

Anggaran Usahatani
disusun berdasarkan seluruh kegiatan usahatani dan digunakan untuk mengetahui gambaran keragaman usahatani, melihat konsekuensi suatu perencanaan usahatani yang diusulkan.
yang perlu diperhatikan dalam menyusun anggaran usahatani:
-tujuan
-ukuran
-kriteria
-cara dalam menyusun anggaran usahatani

Anggaran Parsial(penyusunan anggaran untuk sebagian usahatani)
-penaksiran pendapatan dan pengeluaran untuk 1 cabang usaha
-perencanaan suatu bagian yang manapun dari sebuah rencana keseluruhan usahatani

Tujuan Analisis Anggaran Parsial
-mengevaluasi akibat-akibat yang disebabkan oleh perubahan dalam metode produksi atau organisasi usahatani
-mempertimbangkan apakah perlu penggunaan input baru, cara bertani dll..

Anggaran Parsial Mempertimbangkan 4 komponen
-tambahan pengeluaran
-penerimaan yang hilang
-pengeluaran yang dihemat
-penerimaan tambahan


Minggu, 10 Juni 2012

Kehampaan Cinta
 
pernakah kau juga rasakan???
Ketika hatimu tiada satupun cinta yang singgah
Dari seorang udara yang membawah embun untuk menyejukkan jiwamu
Agar kau bisa memiliki arti hidup ini
Yang sungguh untuk berbagi cerita dan kisah
antara dua makhluk ciptaanNYA yang lemah!!!
Yang rentan akan kepatah hatian saat menggeluti cinta Memang hidup itu diciptakan untuk berdiri sendiri Tapi berdua itu lebih berarti Dan sendiri itu pilihan ... Ketika menyepi untuk takhlukan dunia seorang diri tanpa sebutir kasih dan seuntai sayang Hanya jeritan syetan yang terus menggoda Apakah kau juga rasakan?? ? Ketika hati tiada yang mengkontrak Yang terus berdebu, kumuh, dan suram Hingga membuatmu ingin memberontak Hidup tersingkirkan, terhempas dari arti hidup ini Tapi andai kau tahu!!! Send iri itu happy ... Membuatmu bebas terbang melayang jelajahi dunia Hinggap di bunga- bunga yang kau pilih Dan hisap sari cinta yang kau ingin rasa Hanya saja ketika sayap itu patah Dan kau tak sanggup kembali melayang Kau butuh belaian dari jamahan tangan wanita yang membuat kita bisa be rdiri Dan menemukan cerita dan kisah cinta yang baru!!!

arti sebuah cincin di jari manis bagi cewek

Kadang seorang cewek yang make cincin di jari manisnya belum tentu selalu karena ada yang punya.

Ada banyak arti…

Secara psikologis, seorang cewek lebih suka menunjukan suasana hatinya atau keadaannya sekarang secara simbolis dari perilaku atau apapun yang dia pakai.

Misalkan, dia akan memakai pakaian serba pink ketika sedang senang dan memakai pakaian serba hitam ketika berkabung, menggunakan kata-kata yang pedas ketika sedang marah, judes ketika kesal, pokoknya kaum cewek cenderung tidak mampu menyembunyikan salah satu atau lebih emosi dalam dirinya. Beda sama cowok yang lebih cenderung diam dan mengundurkan diri dari keramaian.

-Nantilah aku mau ngomongin tentang sifat cowok dari sudut pandang cewek J -

Salah satunya juga adalah tentang cincin.

Catatan : saya menulis ini bukan bermaksud memberi lampu hijau agar para lelaki yang melihat gebetannya pake cincin hajar bleh …. Ha…

1.       Cincin di jari manis artinya “Maaf saya sudah ada yang punya”
2.       Cincin di jari manis artinya “Maaf saya sedang tidak ingin terganggu dengan tetek bengek masalah cinta”
3.       Cincin di jari manis artinya “Jangan tembak saya! Kamu sudah saya tolak”
4.       Cincin di jari manis artinya “Maaf, saya tidak mengijinkan orang lain masuk ke kehidupan saya”

Tapi, perhatikan hal lain juga …
1.       Cincin macam apa yang dia pakai
-          Liat perhatikan, emas apa metal. Kalo emas, errr … mending mundur deh. Secara umum cewek emang suka perhiasan, tapi mereka jarang memakai cincin emas di jari manis kalo bukan karena ‘ikatan’ serius.
-          Kalo sejenis stainless atau apapun, liat keatas tu artinya. J
-          Kalo kayu, cuma aksesoris ko, tenang …..
-          Motif … masa sih cincin orang pacaran atau tunangan gambarnya tengkorak. Gak kali ya :D

2.       Skala dia memakainya
-          Selalu dipakai kapanpun dimanapun : serius tidak ingin didekati, berjuang saja kalo mau, tapi susah
-          Selalu dipakai saat bepergian : biasanya jarang pergi sendiri. Sudah menjelaskan bukan.
-          Kadang dipakai kadang tidak, lebih sering dipakai : dia menganggap penting menunjukan keadaannya dengan cincin itu, tapi dia menganggap hal itu bukan hal yang membuktikan atau menegaskan sesuatu, jadi dipake atau tidak ya tidak masalah
-          Kadang dipakai kadang tidak, lebih sering TIDAK dipakai : He…. Kayaknya sedang terganggu tuh … atau mungkin dia tipe cewek ‘jarang’ yang nganggap simbolisasi bukan hal penting. But, if you realize something, itu menunjukan dirimu cukup peka, maka berjuanglah … Cewek menghargai orang-orang dengan perjuangan, tapi hargai juga symbol-simbol yang mereka tunjukan sebagai indikasi apakah dia akan marah atau terbuka saat didekati :))


Nb : kenapa sih aku nulis ini… au juga …. Pengen aja!

Hal macam begini gampang dibedain dari cowok, soalnya cowok tipe yang gak terlalu peduli sama simbolisasi, kecuali symbol-simbol itu berkesan baginya. Namun ada juga tipe ‘jarang’ yang sangat menghargai wujud apapun dari sebuah simbolisasi. Andai semua cowok kayak gitu, mungkin bakalan jarang ada perkelahian dalam sebuah hubungan.